Tuesday, April 7, 2009

MANAQIB HABIB ABU BAKAR GRESIK

Habib Abu Bakar as-Seggaf Gresik

Beliau adalah Al-Imam al-Quthbul Fard al-Habib Abu Bakar bin Muhammad bin Umar bin Abu Bakar bin Al-Habib Umar bin Segaf as-Segaf (seorang imam di lembah Al-Ahqof). Garis keturunan beliau yang suci ini terus bersambung kepada ulama dari sesamanya hingga bermuara kepada pemuka orang-orang terdahulu, sekarang dan yang akan datang, seorang kekasih nan mulia Nabi Muhammad S.A.W. Beliau terlahir di kampung Besuki
(salah satu wilayah di kawasan Jawa Timur) tahun 1285 H. Ayahanda beliau ra. wafat di kota Gresik, sementara beliau masih berumur kanak-kanak.

Sungguh al-Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf tumbuh besar dalam asuhan dan penjagaan yang sempurna. Cahaya kebaikan dan kewalian telah tampak dan terpancar dari kerut-kerut wajahnya, sampai-sampai beliau R.a di usianya ke-3 tahun mampu mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi pada dirinya. Semua itu tak lain karena power (kekuatan) dan kejernihan rohani beliau, serta kesiapannya untuk menerima curahan anugerah dan Fath (pembuka tabir hati) darinya.

Pada tahun 1293 H, atas permintaan nenek beliau yang sholehah Fatimah binti Abdullah (Ibunda ayah beliau), beliau merantau ditemani oleh al-Mukaram Muhammad Bazamul ke Hadramaut meninggalkan tanah kelahirannya Jawa. Di kala al-Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf akan sampai di kota Sewun, beliau di sambut di perbatasan kota oleh paman sekaligus guru beliau al-Allamah Abdullah bin Umar berikut para kerabat. Dan yang pertama kali dilantunkan oleh sang paman bait qosidah al-Habib al-Arifbillah Syeh bin Umar bin Segaf seorang yang paling alim di kala itu dan menjadi kebanggaan pada jamannya. Dan ketika telah sampai beliau dicium dan dipeluk oleh pamannya. Tak elak menahan kegembiraan atas kedatangan sang keponakan dan melihat raut wajahnya yang memancarkan cahaya kewalian dan kebaikan berderailah air mata kebahagiaan sang paman membasahi pipinya.

Hati para kaum arifin memiliki ketajaman pandang
Mampu melihat apa yang tak kuasa dilihat oleh pemandang.

Sungguh perhatian dan didikan sang paman telah membuahkan hasil yang baik pada diri sang keponakan. Beliau belajar kepada sang paman al-Habib Abdullah bin Umar ilmu fiqh dan tasawuf, sang paman pun suka membangunkannya pada akhir malam ketika beliau masih berusia kanak-kanak guna menunaikan shalat tahajjud bersama-sama, al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf mempunyai hubungan yang sangat kuat dalam menimba ilmu dari para ulama dan pemuka kota Hadramaut. Sungguh mereka (para ulama) telah mencurahkan perhatiannya pada al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf. Maka beliau ra. Banyak menerima dan memparoleh ijazah dari mereka. Diantara para ulama terkemuka Hadramaut yang mencurahkan perhatiannya kepada beliau, adalah al-Imam al-Arifbillah al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi, (seorang guru yang sepenuhnya mencurahkan perhatiannya kepada al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf).

Sungguh Habib Ali telah menaruh perhatiannya kepada al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf semenjak beliau masih berdomisili di Jawa sebelum meninggalkannya menuju Hadramaut.

Al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi berkata kepada salah seorang murid seniornya "Perhatikanlah! Mereka bertiga adalah para wali, nama, haliyah, dan maqom (kedudukan) mereka sama. Yang pertama adalah penuntunku nanti di alam barzakh, beliau adalah Quthbul Mala al-Habib Abu Bakar bin Abdullah al-Aidrus, yang kedua, aku melihatnya ketika engkau masih kecil beliau adalah al-Habib al-Ghoust Abu Bakar bin Abdullah al-Atthos, dan yang ketiga engkau akan melihat sendiri nanti di akhir dari umurmu".

Maka tatkala memasuki tahun terakhir dari umurnya, ia bermimpi melihat Rosulullah SAW sebanyak lima kali berturut-turut selama lima malam, sementara setiap kali dalam mimpi Beliau SAW mengatakan kepadanya (orang yang bermimpi) " Lihatlah di sampingmu, ada cucuku yang sholeh Abu Bakar bin Muhammad Assegaf"! Sebelumnya orang yang bermimpi tersebut tidak mengenal al-Habib Abu Bakar Assegaf kecuali setelah dikenalkan oleh Baginda Rosul al-Musthofa SAW didalam mimpinya. Lantas ia teringat akan ucapan al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi dimana beliau pernah berkata "Mereka bertiga adalah para wali, nama dan kedudukan mereka sama". Setelah itu ia (orang yang bermimpi) menceritakan mimpinya kepada al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf dan tidak lama kemudian ia meninggal dunia.

Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf mendapat perhatian khusus dan pengawasan yang istimewa dari gurunya al Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi sampai-sampai Habib Ali sendiri yang meminangkan beliu dan sekaligus menikahkannya. Selanjutnya (diantara para masyayikhnya) adalah al Allamah al Habib Abdullah bin Umar Assegaf sebagai syaikhut tarbiyah, al Imam al Quthb al Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi sebagai syaikhut taslik, juga al Mukasyif al Habib Abdul Qadir bin Ahmad bin Quthban sebagai syaikhul fath. Guru yang terakhir ini sering memberi berita gembira kepada beliau "Engkau adalah pewaris haliyah kakekmu al Habib Umar bin Segaf". Sekian banyak para ulama para wali dan para kaum sholihin Hadramaut baik itu yang berasal dari Sewun, Tarim dan lain-lain yang menjadi guru al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, seperti al Habib Muhammad bin Ali Assegaf, al Habib Idrus bin Umar al-Habsyi, al Habib Ahmad bin Hasan al-Atthas, al Habib Abdurrahman al-Masyhur, juga putera beliau al Habib Ali bin Abdurrahman al-Masyhur, dan juga al Habib Syekh bin Idrus al-Idrus dan masih banyak lagi guru beliau yang lainnya.

Pada tahun 1302 H, ditemani oleh al Habib Alwi bin Segaf Assegaf al Habib Abu Bakar Assegaf pulang ketanah kelahirannya (Jawa) tepatnya di kampung Besuki. Selanjutnya pada tahun 1305 H, ketika itu beliau berumur 20 tahun beliau pindah ke kota Gresik sambil terus menimba ilmu dan meminta ijazah dari para ulama yang menjadi sinar penerang negeri pertiwi Indonesia, sebut saja al Habib Abdullah bin Muhsin al-Atthas, al Habib Abdullah bin Ali al-Haddad, al Habib Ahmad bin Abdullah al-Atthas, al Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya, al Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi,al Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdlar, dan lain sebagainya.

Kemudian pada tahun 1321 H, tepatnya pada hari jum'at ketika sang khatib berdiri diatas mimbar beliau r.a mendapat ilham dari Allah SWT bergeming dalam hatinya untuk mengasingkan diri dari manusia semuanya. Terbukalah hati beliau untuk melakukannya, seketika setelah bergeming beliau keluar dari masjid jami' menuju rumah kediamannya. Beliau al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf ber-uzlah atau khalwat (mengasingkan diri) dari manusia selama lima belas tahun bersimpuh dihadapan Ilahi Rabbi. Dan tatkala tiba saat Allah mengizinkan beliau untuk keluar dari khalwatnya, guru beliau al Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi mendatanginya dan memberi isyarat kepada beliau untuk mengakhiri masa khalwatnya, al Habib Muhammad al-Habsyi berkata "selama tiga hari kami bertawajjuh dan memohon kepada Allah agar Abu Bakar bin Muhammad Assegaf keluar dari khalwatnya", lantas beliau menggandeng al Habib Abu Bakar Assegaf dan mengeluarkannya dari khalwatnya. Kemudian masih ditemani al Habib Muhammad al-Habsyi beliau r.a menziarahi al Habib Alawi bin Muhammad Hasyim, sehabis itu meluncur ke kota Surabaya menuju ke kediaman al Habib Abdullah bin Umar Assegaf. Sambil menunjuk kepada al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf al Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi memproklamirkan kepada para hadirin "Ini al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf termasuk murtiara berharga dari simpanan keluarga Ba 'Alawi, kami membukanya agar bisa menularkan manfaat bagi seluruh manusia".

Setelah itu beliau membuka majlis ta'lim dirumahnya, beliau menjadi pengayom bagi mereka yang berziarah juga sebagai sentral (tempat rujukan) bagi semua golongan diseluruh penjuru, siapa pun yang mempunyai maksud kepada beliau dengan dasar husnudz dzan niscaya ia akan meraih keinginannya dalam waktu yang relatif singkat. Di rumah beliau sendiri, al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf telah menghatamkan kitab Ihya' Ulumuddin lebih dari 40 kali. Pada setiap kali hatam beliau selalu menghidangkan jamuan yang istimewa. al Habib Abu Bakar Assegaf betul-betul memiliki ghirah (antusias) yang besar dalam menapaki aktivitas dan akhlaq para aslaf (pendahulunya), terbukti dengan dibacanya dalam majlis beliau sejarah dan kitab-kitab buah karya para aslafnya.

Adapun maqom (kedudukan) al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, beliau telah mencapai tingkat Shiddiqiyah Kubro. Hal itu telah diakui dan mendapat legitimasi dari mereka yang hidup sezaman dengan beliau. Berikut ini beberapa komentar dari mereka.

al Imam al Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdhar berkata,

"Demi fajar dan malam yang sepuluh dan yang genap dan yang ganjil. Sungguh al Akh Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah mutiara keluarga Segaf yang terus menggelinding (maqomnya) bahkan membumbung tinggi menyusul maqom-maqom para aslafnya".

Al Habib Alwi bin Muhammad al-Haddad berkata,

"Sesungguhnya al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang Quthb al Ghaust juga sebagai tempat turunnya pandangan (rahmat) Allah SWT".

Al Arif billah al Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi pernah berkata di rumah al Habib Abu Bakar Assegaf dikala beliau membubuhkan tali ukhuwah antara beliau dengan al Habib Abu Bakar Assegaf, pertemuan yang diwarnai dengan derai air mata. Habib Ali berkata kepada para hadirin ketika itu,

"Lihatlah kepada saudaraku fillah Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf. Lihatlah ia..! Maka melihat kepadanya termasuk ibadah"

Al Habib Husein bin Muhammad al-Haddad berkata,

"Sesungguhnya al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang khalifah. Beliau adalah penguasa saat ini, belia telah berada pada Maqom as Syuhud yang mampu menyaksikan (mengetahui) hakekat dari segala sesuatu. Beliau berhak untuk dikatakan "Dia hanyalah seorang hamba yang kami berikan kepadanya (sebagai nikmat)".
di Rabu, Juli 30, 2008 1 komentar
Label: Manaqib
Sabtu, Juli 26, 2008
Al-Habib Umar Bin Hud Al-Attas
Habib Umar Bin Hud Al Athos adalah seorang ulama dan konon beliau juga seorang wali quthub usianya lebih dari 100 tahun dilahirkan di penghujung abad ke 19 di Hadramaut, Yaman Selatan. Sejak usia muda beliau telah datang ke Indonesia. Mula-mula tinggal di Kwitang, Jakarta Pusat. Beliau berdakwah sambil berjualan kain di Pasar Tanah Abang. Kemudian membuka pengajian dan majelis maulid di Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat. Sekitar tahun 1950-an, Beliau ke Mekkah dan bermukim selama beberapa tahun dan selama di mekkah beliu menggunakan kesempatan tersebut untuk belajar kepada ulama-ulama setempat. Tapi, sayangnya, saat hendak kembali ke Indonesia, ia tertahan di Singapura.

Pasalnya, pada awal 1960-an terjadi konfrontasi antara RI dan Malaysia, sementara Singapura masih merupakan bagian negara itu. Habib Umar baru kembali ke Tanah Air setelah usai konfrontasi, pada awal masa Orde Baru. Tapi, rupanya banyak hikmah yang diperoleh di balik kejadian tersebut. Karena, selama lebih dari lima tahun di Malaysia dan Singapura, ternyata beliau sangat dihormati oleh umat Islam setempat, termasuk Brunei Darussalam.

Karenanya tidak heran kalau orang menyebut Maulid Nabi yang diselenggarakan Habib Umar di Cipayung sebagai maulid internasional. Maulid ini dihadiri sekitar 100.000 jamaah, termasuk ratusan jamaah dari mancanegara. Untuk perjamuan makanan untuk para jamaah yang menghadiri maulid ini diperlukan ribuan ekor kambing dan berton-ton beras. Kalau ditanya orang dari mana dananya, maka Habib Umar selalu bilang dari Allah.

Sesuatu yang mungkin lain dibandingkan dengan acara-acara maulud di majelis lain adalah, tidak ada ceramah-ceramah setelah baca maulud. Acaranya langsung saja yakni baca maulud, zikir dan ditutup dengan do’a. Tidak adanya ceramah-ceramah yang sudah tradisi sejak lama itu, karena Habib Umar khawatir akan menimbulkan saling serang dan fitnah.

Kegiatan rutin Habib Umar yang lain yang memasyarakat adalah shalat subuh berjamaah di kediamannya di Condet. Setiap hari terdapat sekitar 300 jamaah subuh yang datang. Khusus pada hari Jumat, jamaahnya meningkat menjadi sekitar 1.000 orang. Setiap Sabtu mereka para jama’ah diberikan pelajaran Fiqih sedangkan di Cipayung bogor tiap kamis malam diadakan pembacaan maulid diba' dan yang menarik adalah setelah diadakan kegiatan tersebut para jama’ah dijamu oleh Habib Umar Bin Hud seperti nasi uduk lengkap dengan lauk-pauknya. Habib Umar meninggal dunia pada bulan Agustus 1999 di rumahnya dan dimakamkan di Wakaf al-Hawi dekat dengan pusat perbelanjaan PGC cililtan sesuai dengan wasiat beliau.(salim umar)
di Sabtu, Juli 26, 2008 0 komentar
Label: Manaqib
Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas (Ratib Al-Attas)
Nama beliau adalah Umar bin Abdurrahman bin Agil bin Salim bin Ubaidullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Syeikh al Ghauts Abdurrahman as-Seggaf bin Muhammad Maulah Dawilah bin Ali bin Alawi al Ghoyur bin Sayyidina al Faqih al Muqaddam Muhammad bin Ali bin Imam Muhammad Shahib Mirbath bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidullah bin Imam al Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad an Naqib bin Imam Ali al Uraidhi bin Jaafar as Shadiq bin Imam Muhammad al Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Hussein as Sibith bin Imam Ali bin Abi Thalib dan bin Batul Fatimah az-Zahra binti Rasullullah S.A.W.

Asal dinamakan "Al Attas"
Kata al-Faqih Abdullah bin Umar Ba'ubad:"Beliau dinamakan al-Attas yang bermaksud bersin, karena beliau pernah bersin ketika masih berada di dalam perut ibunya". Kata al- Habib Ali bin Hassan al-Attas: "Sebenarnya apa yang diucapkan oleh Syeikh al-Faqih Abdullah bin Umar Ba'ubad adalah benar, hanya saja menurut khabar yang paling benar dikatakan bahwa pertama kali bersin ketika masih berada di perut ibunya adalah Habib Aqil yang terkenal hanya Habib Umar bin Abdurrahman al-Attas, sehingga berita itu hanya dikenal pada diri beliau dan anak beliau dan anak cucu Aqil dan Abdullah, saudara beliau. Sedangkan anak cucu Sayyidina Aqil bin Salim yang lain dikenal dengan nama keluarga Aqil bin Salim".

Berkata al-Habib Ali bin Hassan: "Tidak henti-hentinya didengar dari mereka suara bersin di perut-perut sebahagian ibu waktu demi waktu, sebagaimana yang diberitahukan oleh isteriku, seorang wanita solehah. Syeikha binti Sahal bin Abi Bakar bin Syaiban bin Ahmad bin Ishaq, katanya: "Pada suatu hari sewaktu aku duduk bersama Sharifah Fatimah bin Habib Muhammad Basurah Ba'alawi, waktu itu aku sedang mengandung puteramu yang bernama al Hasan yang pertama, aku terdengar ia bersin ketika ia masih di dalam perutku, aku dan Sharifah Fatimah mendengar suara bersin itu dengan jelas, dan ia dilahirkan pada waktu 1147 H, tetapi ia wafat waktu masih kecil".

Al Habib Ali bin Hussain al-Attas menyebutkan di dalam kitabnya Ta'jul A'raas juz pertama halaman 40. Bahwa di Mekah pernah didengar suara bersin dari anak yang masih di dalam perut ibunya, tentunya kejadian itu termasuk kejadian karamah yang diakui oleh kalangan Ahlu Sunnah, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab-kitab Tauhid dan Aqoid mereka beserta dalil-dalilnya yang terkenal yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah.

Imam Nawawi pernah menyebutkan di dalam kitabnya Riyaadhus Shalihin di dalam bab al-Karamat. Disebutkan dalam kitab itu sebuah hadith yang memberitakan kisah seorang rahib yang bernama Juraij, yang karenanya Allah menakdirkan seorang bayi berbicara untuk memberikan kesaksian tentang diri Juraij, tentunya bersin ketika seorang bayi masih di dalam kandungan ibunya tidak berbeda jauh dengan seorang bayi yang bisa berbicara setelah ia lahir, kejadian-kejadian semacam ini tidak sulit bagi Allah sebab Allah Maha Kuasa untuk mentakdirkan apa saja yang Dia kehendaki.

Kelahiran dan Tempat Diasuhnya
Beliau dilahirkan di desa Lisk dekat dengan desa Ainat, di bagian bawah negeri Hadhramaut, di akhir abad ke-10, tepatnya pada tahun 992H. Sejak kecilnya beliau diasuh dan dididik oleh ayah beliau sendiri, al-Habib Abdul Rahman bin Aqil. Meskipun mata beliau buta sejak kecil, tetapi Allah memberinya kecerdasan otak dan pandangan hati ( Bashirah ), sehingga beliau mudah menghafal apa saja yang pernah didengarnya.

Ayah beliau, al-Habib Abdul Rahman bin Aqil pernah berkata pada Syeikh Abdurrahman bin Aqil al-Junied Bawazir yang dikenal dengan panggilan al-Mu'allim: "Hendaknya anda lebih banyak memberikan perhatian kepada Umar, kerana kedua matanya tidak dapat melihat". Jawab Syeikh Abdurrahman: "Meskipun kedua mata Umar tidak dapat melihat, tetapi pandangan Bashirahnya dapat melihat, disebabkan hatinya bersinar".

Sejak kecil beliau anak yang tekun beribadah, hidup zuhud berpaling dari dunia dan sejak kecil sudah terlihat tanda-tanda kebesaran pada diri beliau. Sejak kecil, beliau sering ke kota Tarim dari dusunnya Lisk dan melakukan sholat dua rakaat di setiap masjid yang ada di kota Tarim, bahkan kadang menimba air dari sumur untuk mengisi kolam-kolam masjid.

Di masa kecilnya, beliau senantiasa dibimbing oleh ayah beliau dan guru-guru beliau, misalnya al-Habib Hussien, al-Habib Hamid, al-Habib Muhdhor, putra-putra Saiyidina Syeikh Abu Bakar bin Salim yang sering dikunjungi oleh ayah beliau, yaitu al-Habib Abdul Rahman bin Aqil.

di Sabtu, Juli 26, 2008 1 komentar
Label: Manaqib
Al-Habib Muhammad Bin Ahmad Al-Muhdhar
Beliau lahir di desa Quwairah, Du’an Al-Ayman, Hadramaut pada tahun 1280 H (sekitar 1863 H). Beliau memang sangat dihormati, bukan hanya oleh tokoh yang lebih muda atau seusianya tetapi juga mereka yang lebih tua. Beliau alim ‘allamah yang tampak cahayanya, karena senantiasa berdzikir siang dan malam. Wibawanya demikian tampak bahkan meski kita hanya memandang fotonya saja.

Al Habib Muhammad bin Ahmad Al-Mudhar adalah putra tokoh besar pula, Al-Habib Ahmad bin Muhammad Al-Muhdhar (lahir di Ar-Rasyid Ad-Du’aniyah 1217 H dan wafat tahun 1304 H/sekitar 1886 M). Beliau tumbuh sebagaimana lazimnya anak keluarga Alawiyin dan keluarga ulama pada umumnya. Pertama-tama beliau dididik oleh ayahnya dan membaca kitab kepadanya. Kelebihannya sudah tampak sejak kecil yang membuatnya sangat dusukai oleh ayahnya. Bagi Ayahnya beliau benar-benar penyejuk matanya dan beliau juga sempat dididik oleh kakaknya yaitu Al-Habib Hamid bin Ahmad Al-Muhdhar.

Setelah itu beliau juga mengambil ilmu dari sejumlah guru besar pada masanya terutama kepada Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas yang selalu disertainya baik ketika berada di tempat maupun di dalam perjalanan. Beliau membaca beberapa kitab kepadanya, diantaranya Al-Muhadzdzab. Dalam kitab Tajul A’ras halaman 469, Al-Habib Ali bin Husein Al-Attas (Habib Ali Bungur) mengisahkan kejadian unik ketika Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar menghatamkan kitab itu pada gurunya tersebut : “Saya membaca kitab Al-Muhadzdzab kepada Al-Walid Ahmad bin Hasan ketika beliau mengunjungi Du’an. Tetapi ketika itu tidak mudah bagi kami untuk menyelesaikannya, maka beliau meminta saya menemaninya dalam perjalanan pulang ke Huraidhah untuk menyempurnakannya. Akhirnya saya dapat juga menyelesaikan pembacaan kitab itu pada beliau pada hari keberangkatan kami dari Qaidun. Ketika itu kami berjalan mengendarai dua kuda berdampingan, hal itu adalah kejadian langka yang sungguh merupakan pengalaman yang unik dan menarik.

Sepeninggal sang ayah Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar bersama kakaknya Al-Habib Hamid bagaikan “dua sejoli” yang bahu-membahu menjalani apa yang sebelumnya dilakukan oleh ayah mereka dalam lapangan ilmu dan dakwah. Kemudian Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar mengadakan perjalanan ke Singapura dan ke Jawa, beliau selalu disambut hangat dan dikerumuni oleh banyak orang dan setelah itu beliau kembali ke negerinya dan di sambut dengan penuh penghormatan. Ketika keadaan negerinya mulai tenang dan segala sesuatu dapat berjalan dengan baik kakaknya Al-Habib Hamid pergi ke Haramayn. Sekembali kakaknya tahun 1308 H, Al-Habib Muhammad Al-Muhdhar pergi ke Hyderabad India sebagai tamu Sulthan ‘Awadh bin Umar Al-Qu'aythi. Di sana orang dari berbagai bangsa dan lapisan masyarakat berdesak-desakan untuk menemuinya. Dari sana beliau melanjutkan perjalanan menuju Jawa Timur dan menetap di Bondowoso yang menjadi tempat pengabdiannya yang lama.

Kemudian, beliau bertemu dengan Al-Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi yang menghormatinya dan sangat senang kepadanya, tidak lama kemudian Al-Habib Muhammad bin Idrus menikahkan beliau dengan putrinya. Al-Habib Muhammad Al-Muhdhar adalah orang yang tampan, gagah, dan putih kulitnya setiap yang melihat pasti segan dan senang terhadapnya. Di mana saja beliau berada orang berkerumun mengelilinginya bagaikan pagar. Yang membuat orang senang diantaranya ialah beliau selalu menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar dengan cara yang bagus serta kalimat yang santun dan bijak dan tidak mengherankan ucapannya diterima orang dan keinginannya pun dituruti. Peringatan dan nasehatnya memiliki pengaruh yang mendalam pada jiwa orang.

Kedudukan dan pengaruh beliau tidak terbatas pada kalangan Alawiyin atau masyarakat arab saja melainkan merata pada semua kalangan muslim, khususnya di Jawa bahkan juga orang Belanda dan pejabat pribumi. Beliau juga menjalin hubungan baik dengan ulama dan tokoh di berbagai belahan dunia. Dengan mereka, beliau sering berkorespondasi. Diantaranya beliau bersama Al-Habib Muhammad bin Ali Al-Hiyed, Al-Habib Abdurrahman bin Ubaidillah Assegaf, dan Al-Habib Muhammad Bin Agil bin Yahya bersurat menyurat dengan Imam Yahya penguasa Yaman pada saat itu. Di samping itu ada pula surat pribadi beliau (tidak dengan yang lain) kepadanya.

Beliau sangat senang kepada tamu beliau menerima dam mengurus mereka sepenuhnya dengan senang hati serta penuh penghormatan dan penghargaan. Apabila ada tamu datang beliau keluar menyambutnya hingga kedepan rumah dengan wajah berseri-seri dan penuh penghormatan, semua diterima dengan senang hati dan dengan ahklak yang terpuji sikap dan prilakunya membuat setiap orang menganggap bahwa dirinya adalah orang yang paling dekat dengan beliau dan paling di cintai olehnya. Kediaman beliau menjadi tujuan para tamu, tidak mengherankan bila semua rumah, masjid dan madrasahnya senantiasa ramai di kunjungi orang tanpa henti. Hari-hari di tempatnya seolah terus-menerus menjadi hari raya. Semasa hidupnya beliau dikenal memiliki perhatian sangat besar kepada umat dan masyarakat pada umumnya. Segala upaya beliau kerahkan untuk melakukan perbaikan di mana saja menyadari pentingnya kebersamaan dalam membangun masyarakat, beliau tidak hanya bertindak sendiri para hartawanpun beliau dorong untuk mau melakukan perbuatan baik. Tak terhitung lagi banyaknya madrasah, rumah yatim, dan masjid yang di bangun berkat usahanya. Madrasah Al-Khairiyah, Surabaya, serta Jamiat Kheir dan Daarul Aitam, Jakarta adalah sebagian lembaga yang di bantunya. Beliau juga mengupayakan berdirinya madrasah Al-Falah, Bondowoso pada tahun 1332 H (sekitar 1913 M).

Murah hati dan berbudi
Kemurahan dan akhlak beliau sering diceritakan orang. Kedermawanannya sulit ditandingi. Sangat banyak pribadi yang di bantunya dan beliau tidak membeda-bedakan mereka. Jika orang yang memiliki kesusahan datang kepadanya, beliau hilangkan kesulitannya. Jika orang memiliki utang meminta bantuan, beliau berikan sebagian hartanya. Dalam kitab Syams Azh-Zhahirah jilid pertama halaman 283 disebutkan bahwa beliau pernah melunasi hutang sahabatnya 20.000 gulden, meski demikian beliau tidak pernah menyebut-nyebut kebaikannya. Jika datang kepadanya orang yang lapar, orang itu dapat makan di tempatnya sampai kenyang. Hidangannya selalu terbentang rombongan demi rombongan makan di tempatnya setiap hari. Orang merasa heran atas keberkahan makanan ini, jika bepergian baliau naik kereta kelas satu dan memang beliau sangat pantas dan layak untuk itu.

Ghirah (kecemburuan sehingga selalu ingin membela) beliau terhadap Islam, Rasulullah, Ahli bait, Ulama dan orang shalih sangat tinggi. Bila ada yang memusuhi mereka atau membicarakan yang buruk tentang mereka baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat, beliau sangat menentangnya. Perhatian beliau terhadap ilmu sangat besar. Wajar jika wawasan keilmuannya juga luas. Jika tidak ada tamu sebagian besar waktunya digunakan untuk membaca dan menelaah kitab, baik sendiri maupun dihadiri orang, yang dibacanya kebanyakan kitab hadits. Biasanya yang membacanya adalah putranya Al-Habib Alwi. Di majlisnya beliau tidak suka menyebut-nyebut dunia karena malu kepada Allah SWT. Jika beliau berada di kota lain majelisnya dipenuhi orang dimana-mana. Orangtua maupun anak muda ingin sekali menghadiri majelisnya. Diantara tokoh habaib yang dekat dengannya adalah Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Attas Pekalongan yang dianggap gurunya. Beliau sering mengunjunginya di Pekalongan, jika beliau datang Al-Habib Ahmad menyuruh para muridnya menyambut beliau dengan nasyid. Meski Al-Habib Muhammad Al-Muhdhar lebih muda dan menganggapnya sebagai guru, Al-Habib Ahmad sangat menghormatinya. Al-Habib Ahmad pun suka mengunjungi beliau. Bahkan ketika telah lanjut usia dan lumpuh pula kakinya Al-Habib Ahmad bersama istri, anak-anak dan sejumlah muridnya mengunjungi beliau di kediamannya di Bondowoso.

Al-Habib Ahmad yakin bahwa Al-Habib Muhammad Al-Muhdhar adalah orang yang do’anya mustajab. Suatu ketika Al-Habib Muhammad Al-Muhdhar datang ke Pekalongan dan minta izin kepada Al-Habib Ahmad untuk pergi ke Jakarta. Ketika itu Al-Habib Ahmad berkata kepadanya : “Saya teringat kepada anak Saya Al-Habib Ali, Saya ingin ia datang pada ied tahun ini”, maka berkatalah Al-Habib Muhammad kepadanya, “Insya Allah ia akan hadir pada hari ‘ied di tempat Antum”. Ketika itu ‘ied sudah dekat sedangkan Al-Habib Ali (putra Al-Habib Ahmad) masih berada di Hadramaut. Tidak ada pula surat dari ayahnya yang memintanya datang, ketika Al-Habib Muhammad Al-Muhdhar telah sampai di Jakarta orang berdatangan menyambutnya. Beliau hadir di rumah muhibbin (pecinta habaib), Ahmad bin Abdullah Basalamah dan mengadakan Rauhah setiap hari. Di antara yang di ceritakan oleh Al-Habib Muhammad Al-Muhdhar megenai perjalanannya adalah apa yang terjadi diantara beliau dengan Al-Habib Ahmad mengenai masalah anaknya, Al-Habib Ali. Pada waktu ashar pada hari kelima Rauhah itu tiba-tiba datang tukang pos membawa telegram dari Al-Habib Ahmad yang isinya demikian : “Al-Habib Muhammad Al-Muhdhar di Betawi, semoga Allah membahagiakanmu, Ali telah sampai di Singapura.

Al-Habib Ahmad bin Thalib Al-Attas, Pekalongan.”Pada malam selasa 21 syawwal 1344 H/ 4 mei 1926 M, Al-Habib Muhammad Al-Muhdhar wafat di Surabaya setelah sempat dirawat dirumah sakit. Selasa keesokan harinya beliau dimakamkan dalam acara besar yang dihadiri orang Arab dan kaum muslimin pribumi dari segala tempat. Beliau dimakamkan di pemakaman Al-Habib Muhammad bin Adrus Al-Habsyi, mertuanya dan orang yang sangat dekat dengannya. Beliau meninggalkan lima anak laki-laki, Abdullah, Alwi, Sholeh, Husein, dan Muhdhar, serta tiga anak perempuan. Wafatnya seseorang seperti beliau benar-banar merupakan kehilangan dalam Islam. Wajarlah ketika berita meninggalnya terdengar orang-orang pun berkumpul dan mengadakan tahlil untuk beliau.(www.habaib.org/salim umar)
di Sabtu, Juli 26, 2008 0 komentar
Label: Manaqib
Manakib habib Sholeh Alhamid Tanggul

oleh : Salim Umar
Beliau adalah Seorang wali qhutub yang lebih dikenal Dengan nama habib Sholeh Tanggul, Ulama Karismatik yang berasal dari Hadro maut pertama kali melakukan da’wahnya ke Indonesia sekitar tahun 1921 M dan menetap di daerah tanggul Jember Jawa timur. Habib Sholeh lahir tahun 1313 H dikota Korbah , ayahnya bernama Muhsin bin Ahmad juga seorang tokoh Ulama dan Wali yang sangat di cintai masyarakat , Ibunya bernama Aisyah ba umar.

Sejak Kecil Habib sholeh gemar sekali menuntut ilmu , beliau banyak belajar dari ayahandanya yang memang seorang Ahli ilmu dan Tashauf , berkat gembelengan dan didikan dari ayahnya Habib sholeh memilki kegelisahan Batiniyah yang rindu akan Alloh Swt dan Rindunya Kepada Rosululloh SAW, akhirnya beliau melakukan Uzlah ( Mengasingkan diri) selama hampir 7 tahun sepanjang waktu selama beruzlah Habib Sholeh memperbanyak Baca al quran , Dzikir dan membaca Sholawat . Hingga Akhirnya Habib Sholeh Di datangi Oleh tokoh Ulama yang juga wali Quthub Habib Abu bakar bin Muhammad assegaf dari Gresik, Habib Sholeh Diberi sorban hijau yang katanya Sorban tersebut dari Rosululloh SAW dan ini menurut Habib Abu bakar assegaf adalah suatu Isyarat bahwa Gelar wali Qhutub yang selama ini di sandang oleh habib Abubakar Assegaf akan diserahkan Kepada Habib Sholeh Bin Muhsin , Namun Habib sholeh Tanggul merasa bahwa dirinya merasa tidak pantas mendapat gelar Kehormatan tersebut. Sepanjang Hari habib Sholeh tanggul Menangis memohon kepada Alloh Swt agar mendapat Petunjuknya.

Dan suatu ketika habib Abyubakar Bin Muhammad assegaf gresik mengundang Habib sholeh tanggul untuk berkunjung kerumahnya , setelah tiba dirumah habib Abubakar Bin Muhammad assegaf menyuruh Habib Sholeh tanggul untuk melakukan Mandi disebuah kolam Milik Habib Abu bakar Assegaf , setelah mandi habib Sholeh tanggul di beri Ijazah dan dipakaikan Sorban kepadanya. Dan hal tersebut merupakan Isyarat Bahwa habib Abubakar Bin Muhammad Assegaf telah memberikan Amanat kepada Habib sholeh tanggul untuk melanjutkan Da’wak kepada masyrakat.

Habib Sholeh mulai melakukan berbagai aktifitas dakwahnya kepada Masyarakat, dengan menggelar berbagai Pengajian-pengajian . Kemahiran beliau dalam penyampaian dakwahnya kepada masyarakat membuat beliau sangat dicintai , dan Habib sholeh Mulai dikenal dikalangan Ulama dan habaib karena derajat keimuan serta kewaliaan yang beliau miliki. Habib sholeh tanggul sering mendapat Kunjungan dari berbagai tokoh ulama serta habaib baik sekedar untuk bersilahturahim ataupun untuk membahas berbagai masalah keaganmaan, bahkan para ulama serta habaib di tanah air selalu minta didoakan karena menurut mereka doa Habib sholeh tanggul selalu di kabulkan oleh alloh SWt, Pernah suatu ketika habib Sholeh tanggul berpergian dengan habib Ali Al habsy Kwitang dan Habib ali bungur dalam perjalanan Beliau melihat kerumunan Warga yang sedang melaksanakan sholat Istisqo’ ( Sholat minta hujan ) karena musim kemarau yang berkepanjangan , lalu Habib sholeh Memohon kepada alloh Untuk menurunkan Hujan maka seketika itupula hujan turun. Beliau berpesan kepada jama’ah Majlis ta’limnya apabila do’a-doa kita ingin dikabulkan oleh Alloh Swt jangan sekali-kali kita membuat alloh murka dengan melakukan Maksiyat, Muliakan orang tua mu dan beristiqomalah dalam melaksanakan sholat subuh berjama’ah.

Habib Sholeh berpulang kerahmatulloh pada tanggal 7 syawal 1396 h atau sekitar tahun 1976, hingga sekarang Karomah beliau yang tampak setelah beliau meninggal adalah bahwa maqom beliau tidak pernah sepi dari para jamaah yang datang dari berbagai daerah untuk berziarah apalagi waktu perayaan haul beliau yang diadakan setiap hari kesepuluh dibulan syawal ribuan orang akan tumpah ruah kejalan untuk memperingati Khaul beliau.

1 comment:

  1. Smoga penulis mendapatkan pandangan kasih sayang dari para wali Allah tersebut

    ReplyDelete

my father

my father

me and mr. cipto

me and mr. cipto

gunung kelud

gunung kelud